Pengertian Dasar Scada
Pengertian Dasar Scada
SCADA, singkatan dari Supervisory
Control and Data Acquisition, merupakan pendukung utama dalam sistem
ketenagalistrikan, baik pada sisi pembangkit, transmisi, maupun distribusi.
Adanya sistem SCADA memudahkan operator untuk memantau keseluruhan jaringan tanpa
harus melihat langsung ke lapangan. Ketidakadaan SCADA dapat diibaratkan seseorang
yang berjalan tanpa dapat melihat. Sistem SCADA sangat dirasakan manfaatnya
terutama pada saat pemeliharaan dan saat penormalan bila terjadi gangguan. Sistem
SCADA tidak dapat berdiri sendiri, namun harus didukung oleh berbagai
macam infrastruktur, yaitu:
- Telekomunikasi.
- Master Station.
- Remote Terminal Unit.
- Protokol Komunikasi.
Media telekomunikasi yang umum digunakan
adalah PLC (Power Line Communication), Fiber Optik, dan Radio link. Pada
awalnya penggunaan radio link dan PLC banyak digunakan, terutama karena penggunaan
PLC yang tidak memerlukan jaringan khusus namun cukup menggunakan saluran
transmisi tenaga listrik yang ada. Namun pada perkembangannya penggunaan PLC
mulai beralih ke Fiber Optik dikarenakan kecepatan bit per second yang jauh di
atas PLC. Pada kenyataannya ketiga media tersebut di atas digunakan secara
bersama-sama, sebagai main dan backup.
Master station adalah kumpulan
perangkat keras dan lunak yang ada di control center. Biasanya desain untuk
sebuah master station tidak akan sama, namun secara garis besar desain dari
sebuah master station terdiri atas:
- Server.
- Workstation.
- Historikal data.
- Projection mimic, dahulu masih menggunakan mimic board.
- Peripheral pendukung, seperti printer, logger.
- Recorder.
- Global Positioning System untuk referensi waktu, dahulu masih menggunakan master clock.
- Dispatcher training simulator.
- Aplikasi SCADA dan Energy Management System.
- Uninterruptable Power Supply (UPS) untuk menjaga ketersediaan daya listrik.
- Automatic Transfer Switch (ATS) dan Static Transfer Switch (STS) untuk mengendalikan aliran daya listrik menuju master station.
Agar dapat melakukan akuisisi
data maupun pengontrolan sebuah Gardu Induk maka dibutuhkan suatu
terminal yang dapat memenuhi persyaratan tersebut, yaitu Remote Terminal Unit (RTU).
Penggunaan RTU berawal dari RTU dengan 8 bit, hingga sekarang telah dikembangkan
RTU dengan 16 bit, bahkan sudah hampir menyerupai sebuah komputer. RTU
tersebut harus dilengkapi dengan panel, transducer, dan wiring.
Pada masa lampau, RTU
dikembangkan oleh pabrikan secara sendiri-sendiri, juga dengan protokol komunikasi
yang tersendiri sehingga tidak ada standarisasi. Sebagai contoh ada RTU dengan
protokol komunikasi HNZ, Indactic, dan sebagainya. Penggunaan protokol yang
berbeda-beda ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari ketika akan
dilakukan penggantian. Hal ini dikarenakan produk lama sudah tidak diproduksi lagi,
sedangkan produk baru sudah mengikuti standarisasi.
Oleh karena itu dalam pembuatan
maupun pengembangan sistem SCADA harus mengacu pada standarisasi
tersebut. Saat ini telah disepakati
standarisasi untuk protokol komunikasi antara lain sebagai berikut:
- IEC 60870-5-101
- IEC 60870-5-102
- IEC 60870-5-103
- IEC 60870-5-104
- IEC 60870-6
- IEC 61850 (masih dalam pengembangan)
Permasalahan standarisasi telah
menjadi topik yang penting untuk sistem SCADA, dan akan dibicarakan lebih
lanjut oleh penulis pada edisi yang akan datang. Pada edisi ini penulis mencoba
menggambarkan fungsi dasar dari sistem SCADA, bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan SCADA hingga bagaimana SCADA itu sendiri dapat melakukan komunikasi data lengkap dengan manajemen data. Penulis mengharapkan agar
buku ini bermanfaat bagi semua pembaca, terutama buat yang berkecimpung
di bidang SCADA baik praktisi maupun kalangan akademis.
Komentar
Posting Komentar